Jumat, 29 November 2019


PERJUANGAN HIDUP SEORANG GADIS KECIL
Oleh :
Desy Apriana

H
ari itu,  menjelang malam dan  mendungpun bergelayut di sebuah rumah kecil nan sederhana, angin seolah-olah berhenti menbuat daun-daun dipepohonan tidak bergerak sedikit pun. suasana pergantian malam dari sore hari menjelang malam begitu mencekam. Duduk bersimpuh di pojok rumah sambil menangis terisak-isak, seorang gadis kecil seolah tak percaya mendapati kabar ibunya meninggal dunia berbarengan dengan azan magrib yang sayup-sayup sudah tak terdengar lagi. Waktu berlalu dengan cepat di hari yang kelabu itu, baru saja sejam yang lalu gadis itu mendapati ibunya tiba-tiba terjatuh, semua panik dan bergegas memberikan pertolongan pertama sambil menunggu kendaraan yang bisa membawa sang ibu ke rumah sakit untuk mendapati pertolongan selanjutnya.

Takdir berkata lain. untung tidak dapat diraih, dan malang tidak dapat ditolak. Sang ibu meninggal tidak dapat tertolong lagi nyawanya. Tidak hanya gadis itu yang berduka, ayah dan kakak adiknya seolah tak percaya ketika mendapati kini sang ibu yang tiada. Sanak keluarga dan masyarakat sekitar terhenyak mendengar  berita duka ini. Semuanya dirundung kesedihan, seolah teak percaya dengan semuanya yang telah terjadi dengan meninggalnya seseorang perempuan muda yang dikenal oleh mereka sehat-sehat saja tidak terdengar kondisinya yang sakit.

Gadis kecil itu memandangi tanah kuburan yang masih basah yang dipenuhi bunga-bunga yang bertaburan diatasnya. Dengan penuh kesedihan gadis itu memandangi tempat peristirahat terakhir sang ibunda. Teringat dalam benaknya tentang kebersamaan nya yang sangat akrab dengan sang ibu, baru saja sehari sebelumnya sang ibu memberinya semangat agar bisa menjadi juara, terlebih lagi kondisinya saat itu baru saja bersama merasakan kegembiraan mengikuti lomba-lomba dalam acara 17-an di kampung tempat gadis tersebut tinggal.

Tinggalah kini gadis kecil tersebut merasakan kesendirian. Tidak ada lagi hangatnya belaian tangan ibu yang selalu mengusap kepalanya saat berangkat sekolah, tidak ada lagi makanan masakan kesukaan yang tersedia di meja makan saat lapar mendera. Tidak ada lagi penyemangat agar selalu jadi pemenang dan juara. Semua kini hampa, semuanya kini sepi. Semunya kini terasa hambar. Gadis kecil itu yang tadinya selalu periang kini menjadi anak yang selalu menyendiri dan tidak ceria lagi seperti sebelum ibunya meninggal.

Hari-hari selanjutnya begitu berat dihadapi. Gadis kecil itu pun selanjutnya harus terbiasa melakukan dan menyiapkan segala keperluan sendiri. Dengan segala upaya dan tenaga sang gadis kecil itu pun berusaha menyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa hidup terus berjalan dan semuanya akan baik-baik saja. Dengan senyum kecut dan menelan ludah sendiri gadis kecil itu pun bertekad untuk menjalani hari dengan segala kemampuan diri yang tidak merepotkan ayahnya yang juga pastinya sangat kehilangan ditinggalkan oleh istrinya tercinta.

Disaat-saat tertentu saat teringat ibunya,  gadis kecil itu  hanya bisa  meneteskan airmata dan berdoa sang Maha pencipta yang memiliki segalanya. Yang menjadikannya makin sedih adalah ketika gadis kecil itu melihat teman-temannya yang merasakan kebahagian bersama ibunya. Ketika dilihatnya Teman-temannya yang masih memiliki ibu membuat gadis kecil itu merasa sangat malang sekali. Saat melihat teman-temannya yang kesekolah diantar dan dijemput oleh ibunya terkadang membuat gadis itu sedih karena hal tersebut tidak dia rasakan lagi sekarang ini setelah kepergian ibunya yang tidak pernah kembali lagi.

Sebelum ibunya meninggal, gadis kecil itu terkenal sebagai juara kelas. Dari kelas 1 sampai kelas 5 gadis kecil itu selalu menjadi bintang kelas. Ibunya lah yang selalu membimbing belajar. Dengan setia dan penuh kesabaran ibunya lah yang dulu selalu menemani. Tapi kini semunya sudah berubah, lambat laun semangat gadis kecil untuk menjadi juara tidak seperti dulu lagi yang selalu menjadi bintang kelas, kini sepeninggal ibunya, perlahan-lahan juara kelas itupun tidak bisa diraih lagi. Begitu beratnya kehilangan ibu sehingga harus rela melepaskan apa-apa yang dulu pernah diraih saat masih ada kehadirannya disisi gadis kecil itu. Kedudukan dan kehadiran seorang ibu sangatlah berharga bagi anak-anaknya. Itulah yang menjadikan seorang anak begitu tergantungnya pada seorang ibu terlebih lagi disaat usia masih kecil yang sangat butuh sekali perhatian dan pertolongan dari seorang ibu.

Saat lulus SD dan akan melanjutkan ke bangku SMP, gadis kecil itu dengan mandirinya sanggup mendaftarkan dirinya ke bangku SMP seorang diri. Gadis itu semata-mata tidak ingin menyusahkan ayahnya yang tengah sibuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Gadis kecil itu kini menjelma menjadi sesosok anak yang mandiri dan berani. Semua terpaksa dilakukannya karena dia tidak ingin larut dalam kesedihan. Ada sosok nenek yang kini begitu menyayangi gadis kecil itu. Sejak keberadaan neneknya lah gadis kecil itu kini tidak terlalu dirundung kesedihan. Nenek nya lah yang kini menggantikan sosok seorang ibu dalam hatinya. Untuk mengisi kekosongan kehangatan kasih sayang, neneknya lah yang suka menghibur dengan bercerita tentang masa-masa lalu yang lucu sang ibu waktu masih kecil yang akhirnya bisa  membuat gadeis kecil itupun tersenyum dan tertawa.

Kini waktu telah berlalu, gadis kecil itupun kini menjelma menjadi sesosok anak yang dewasa dalam berpikir dan bertindak. Gadis kecil itupun kini tidak seperti dulu lagi yang selalu bersedih, gadis itu kini menjelma maenjadi sosok yang tegar dan mandiri. Gadis itu sadar bahwa semuanya yang telah terjadi adalah suratan dari Allah SWT yang berkendak akan dirinya. Menjadi lebih baik adalah keharusan untuk meraih masa depan yang gemilang sesuai yang telah dicita-citakan. Gadis itu masih punya tugas utama yaitu membuat ayahnya bangga akan dirinya, dan membuat ayahnya tersenyum melihat keberhasilan-keberhasilan yang akan diraih selanjutnya yang bermodalkan kegigihan dan kesungguhan.

*******************

Menjadi Guru di Revolusi Indutri 4.0


Menjadi Guru di Revolusi Indutri 4.0
Oleh :
Desy Apriana
(Pengajar SMP Al Kautsar Bandar Lampung)


Memasuki awal abad ke-21 muncul istilah revolusi industri 4.0, dan hal ini menjadi  isu nasional yang ‘ramai’ diperbincangkan oleh semua orang. Apabila tidak disikapi dengan baik, revolusi industri 4.0 akan  menjadi sebuah momok yang menakutkan. Tidak dapat kita pungkiri bahwa di era revolusi industri  4.0 ini menjadikan teknologi semakin canggih dan berkembang pesat. Kondisi ini  suka tidak suka, mau tidak mau  telah  membawa perubahan-perubahan besar yang cukup signifikan di berbagai lintas sektor kehidupan manusia, terlebih lagi dalam bidang pendidikan.

Tuntutan guru zaman now lebih berat dari zaman sebelumnya. Guru pada masa dahulu terbiasa  dengan pembelajaran  tradisional yang bersikap otoriter dalam penguasaan kelas.  Di era revolusi industri 4.0 ini lebih menuntut seorang  guru untuk siap dan harus bisa berperan aktif memfasilitasi kegiatan proses pembelajaran yang tuntutannya harus berpusat pada siswa, sesuai dengan salah satu fungsi guru yaitu berperan sebagai fasilisator. Kondisi  zaman “kekinian” seperti ini menjadikan seorang guru tidak boleh terlena dengan kondisi yang ada, guru pada masa kini dituntut harus terus meng-upgrade diri dan terus belajar agar bisa menjadi guru yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas. Dalam penggunaan teknologi pun, seorang guru dituntut harus menguasai agar tidak kalah pintar dalam penggunaan teknologi oleh seluruh siswanya.

Guru keberadaannya adalah sebagai ujung tombak dunia pendidikan  yang harus mampu tampil unggul di zaman sekarang ini. Dunia pendidikan  mendambakan memiliki guru-guru yang cerdas dan inovatif. Sudah menjadi sebuah tuntutan bahwa guru harus  kreatif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengubah situasi pembelajaran menjadi menarik dan efektif sekaligus mengajak siswa lebih aktif. Saat ini adalah era teknologi digital sehingga ide pembelajaran yang bisa kembangkan lebih banyak lagi yang berhubungan dengan teknologi digital karena tidak bisa dipungkiri secara mayoritas siswa akan lebih tertarik menghadapi sesuatu yang up to date.

Dalam  kesehariannya menjalankan tugas, seorang guru tidak hanya sebagai pengajar, guru dituntut  penuh untuk inovatif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mengedepankan inovasi dalam  pembelajaran, diantaranya  selalu meningkatkan kemampuan dalam hal  kemampuan penggunaan  teknologi, karena hal ini  merupakan kekuatan pendorong terhadap inovasi dan kesuksesan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Tidak dapat dipungkiri, salah satu teknologi dalam revolusi industri 4.0 adalah melahirkan pembelajaran jarak jauh. Kini, semua siswa bisa berinteraksi dengan gurunya kapanpun dan dimanapun. Tidak hanya dengan gurunya siswa pun bisa berinteraksi dengan aneka ragam siswa seluruh di belahan dunia. Gurupun bersama dengan pendidik lainnya yang berbeda wilayah bisa  berinteraksi bekerja sama dalam proyek pendidikan.

Beberapa tantangan yang harus dihadapi guru di era revolusi industri 4.0 adalah pertama, mengatasi penyakit TBC (tidak bisa computer). Pesatnya kemajuan teknologi, mengharuskan guru harus menjadi guru pembelajar, artinya setiap waktu guru harus senantiasa terus belajar dan mengembangkan diri di setiap saat dan dimanapun. Siswa yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi millenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Jangan sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0 diajar oleh guru revolusi industri 3.0 atau diajar guru revolusi industri 2.0, bahkan yang lebih parah lagi diajar oleh guru revolusi  industri 1.0. Jika  ini terjadi, maka pendidikan kita akan terus tertinggal dibandingkan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar tersebut. Jika guru tidak mempersiapkan kedatangan revolusi digital ini, guru bukan hanya dikalahkan dengan teknologi, tapi guru guru juga akan dikalahkan oleh para siswanya.

Tantangan kedua, problem pengelolaan kelas. Guru seringkali mengeluh ketika mengajar di kelas, apalagi jika kelas yang dikelolanya adalah kelas yang mayoritas peserta didiknya memiliki kecerdasan rendah, kurang disiplin, malas belajar, dan tidak patuh terhadap perintah guru. Guru yang cerdas pasti mampu menggunakan strategi untuk mengatasi hal-hal tersebut, salah satunya dengan menggunakan variasi model dan media pembelajaran agar peserta didik tertarik dan termotivasi untuk belajar. Seorang guru harus mampu mengembangkan kreatifitas memilih strategi pembelajaran yang sesuai. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai antara materi, metode dan media pembelajaran dapat mewujudkan tercapainya tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga dapat mencetak generasi cerdas dari rahim dunia pendidikan.

Tantangan ketiga, problem komunikasi. Guru sering kali memiliki kecenderungan untuk dimengerti dan dihargai oleh peserta didiknya. Padahal seharusnya gurulah yang harus mengerti kondisi mereka terlebih dahulu. Setelah guru mengerti kondisi peserta didik  secara tidak langsung peserta didik akan mau mengerti kondisi gurunya. Sebuah kutipan dari Quantum Learning mengatakan bahwa untuk lebih memudahkan ketertarikan siswa pada guru, guru harus lebih dulu masuk ke dunia mereka, setelah guru memasuki dunia mereka maka selanjutnya ajaklah mereka ke dunia kita. Dengan kata lain peran komunikasi sangat penting karena sebagai jembatan untuk menyampaikan informasi dari seorang guru kepada siswa-siswanya agar maksud dan tujuan tercapai.

Kemampuan dan kreatifitas  guru-guru cerdas yang berkarakter dalam era globalisasi dunia pendidikan saat ini sangat  dibutuhkan. Peran guru harus berjalan, tidak hanya sebagai pembimbing, guru harus bisa berperan sebagai sebagai evaluator dan motivator, dan konselor. Untuk menjadikan guru-guru cerdas di era revolusi industri 4.0 ini tidaklah seperti membalikkan telapak tangan,  harus ada peran  serta pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan program-program peningkatan mutu guru selain dalam  bentuk diberi kemudahan untuk memperoleh sertifikasi guru. Pelatihan-pelatihan guru harus digalakkan lebih intensif  lagi sehingga guru diberi ruang khusus untuk selalu meng-apgrade kemampuannya. Seiring dengan kemajuan teknologi, ketika seorang guru bisa mengikuti perkembangan tersebut dengan baik dengan selalu meningkatkan potensi diri, yakinlah bahwa kehadiran seorang guru tidak dapat tergantikan oleh teknologi, tapi dengan teknologi pada genggaman seorang guru maka pembelajaran akan menjadi maju dan bermartabat. jangan lupa pula, seorang guru jangan pernah bosan untuk selalu memberikan nasehat-nasehat kepada peserta didik, mencontohkan karakter-karakter yang baik, dan dengan melaksanakan bimbingan dengan penuh kasih sayang hanya bisa dilakukan oleh guru karena tidak akan pernah bisa dilakukan oleh mesin atau internet secanggih apapun. Jadi, ayo siapikan diri menjadi Guru yag inovasi di era revolusi 4.0.

*****************

3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya oleh : Desy Apriana, S.E., M.Pd SMP Al Kautsar Bandar Lampung CGP Angkatan 2...