PERJUANGAN
HIDUP SEORANG GADIS KECIL
Oleh :
Desy Apriana
H
|
ari itu,
menjelang malam dan mendungpun
bergelayut di sebuah rumah kecil nan sederhana, angin seolah-olah berhenti
menbuat daun-daun dipepohonan tidak bergerak sedikit pun. suasana pergantian
malam dari sore hari menjelang malam begitu mencekam. Duduk bersimpuh di pojok
rumah sambil menangis terisak-isak, seorang gadis kecil seolah tak percaya
mendapati kabar ibunya meninggal dunia berbarengan dengan azan magrib yang
sayup-sayup sudah tak terdengar lagi. Waktu berlalu dengan cepat di hari yang
kelabu itu, baru saja sejam yang lalu gadis itu mendapati ibunya tiba-tiba
terjatuh, semua panik dan bergegas memberikan pertolongan pertama sambil
menunggu kendaraan yang bisa membawa sang ibu ke rumah sakit untuk mendapati
pertolongan selanjutnya.
Takdir berkata lain.
untung tidak dapat diraih, dan malang tidak dapat ditolak. Sang ibu meninggal
tidak dapat tertolong lagi nyawanya. Tidak hanya gadis itu yang berduka, ayah
dan kakak adiknya seolah tak percaya ketika mendapati kini sang ibu yang tiada.
Sanak keluarga dan masyarakat sekitar terhenyak mendengar berita duka ini. Semuanya dirundung
kesedihan, seolah teak percaya dengan semuanya yang telah terjadi dengan
meninggalnya seseorang perempuan muda yang dikenal oleh mereka sehat-sehat saja
tidak terdengar kondisinya yang sakit.
Gadis kecil itu
memandangi tanah kuburan yang masih basah yang dipenuhi bunga-bunga yang
bertaburan diatasnya. Dengan penuh kesedihan gadis itu memandangi tempat
peristirahat terakhir sang ibunda. Teringat dalam benaknya tentang kebersamaan
nya yang sangat akrab dengan sang ibu, baru saja sehari sebelumnya sang ibu
memberinya semangat agar bisa menjadi juara, terlebih lagi kondisinya saat itu
baru saja bersama merasakan kegembiraan mengikuti lomba-lomba dalam acara 17-an
di kampung tempat gadis tersebut tinggal.
Tinggalah kini gadis
kecil tersebut merasakan kesendirian. Tidak ada lagi hangatnya belaian tangan
ibu yang selalu mengusap kepalanya saat berangkat sekolah, tidak ada lagi
makanan masakan kesukaan yang tersedia di meja makan saat lapar mendera. Tidak
ada lagi penyemangat agar selalu jadi pemenang dan juara. Semua kini hampa,
semuanya kini sepi. Semunya kini terasa hambar. Gadis kecil itu yang tadinya
selalu periang kini menjadi anak yang selalu menyendiri dan tidak ceria lagi
seperti sebelum ibunya meninggal.
Hari-hari selanjutnya
begitu berat dihadapi. Gadis kecil itu pun selanjutnya harus terbiasa melakukan
dan menyiapkan segala keperluan sendiri. Dengan segala upaya dan tenaga sang
gadis kecil itu pun berusaha menyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa hidup terus
berjalan dan semuanya akan baik-baik saja. Dengan senyum kecut dan menelan
ludah sendiri gadis kecil itu pun bertekad untuk menjalani hari dengan segala
kemampuan diri yang tidak merepotkan ayahnya yang juga pastinya sangat
kehilangan ditinggalkan oleh istrinya tercinta.
Disaat-saat tertentu
saat teringat ibunya, gadis kecil
itu hanya bisa meneteskan airmata dan berdoa sang Maha
pencipta yang memiliki segalanya. Yang menjadikannya makin sedih adalah ketika
gadis kecil itu melihat teman-temannya yang merasakan kebahagian bersama
ibunya. Ketika dilihatnya Teman-temannya yang masih memiliki ibu membuat gadis
kecil itu merasa sangat malang sekali. Saat melihat teman-temannya yang
kesekolah diantar dan dijemput oleh ibunya terkadang membuat gadis itu sedih
karena hal tersebut tidak dia rasakan lagi sekarang ini setelah kepergian
ibunya yang tidak pernah kembali lagi.
Sebelum ibunya
meninggal, gadis kecil itu terkenal sebagai juara kelas. Dari kelas 1 sampai kelas
5 gadis kecil itu selalu menjadi bintang kelas. Ibunya lah yang selalu
membimbing belajar. Dengan setia dan penuh kesabaran ibunya lah yang dulu
selalu menemani. Tapi kini semunya sudah berubah, lambat laun semangat gadis
kecil untuk menjadi juara tidak seperti dulu lagi yang selalu menjadi bintang
kelas, kini sepeninggal ibunya, perlahan-lahan juara kelas itupun tidak bisa
diraih lagi. Begitu beratnya kehilangan ibu sehingga harus rela melepaskan
apa-apa yang dulu pernah diraih saat masih ada kehadirannya disisi gadis kecil
itu. Kedudukan dan kehadiran seorang ibu sangatlah berharga bagi anak-anaknya.
Itulah yang menjadikan seorang anak begitu tergantungnya pada seorang ibu
terlebih lagi disaat usia masih kecil yang sangat butuh sekali perhatian dan
pertolongan dari seorang ibu.
Saat lulus SD dan akan
melanjutkan ke bangku SMP, gadis kecil itu dengan mandirinya sanggup
mendaftarkan dirinya ke bangku SMP seorang diri. Gadis itu semata-mata tidak
ingin menyusahkan ayahnya yang tengah sibuk bekerja mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Gadis kecil itu kini menjelma menjadi sesosok anak
yang mandiri dan berani. Semua terpaksa dilakukannya karena dia tidak ingin
larut dalam kesedihan. Ada sosok nenek yang kini begitu menyayangi gadis kecil
itu. Sejak keberadaan neneknya lah gadis kecil itu kini tidak terlalu dirundung
kesedihan. Nenek nya lah yang kini menggantikan sosok seorang ibu dalam
hatinya. Untuk mengisi kekosongan kehangatan kasih sayang, neneknya lah yang
suka menghibur dengan bercerita tentang masa-masa lalu yang lucu sang ibu waktu
masih kecil yang akhirnya bisa membuat
gadeis kecil itupun tersenyum dan tertawa.
Kini waktu telah
berlalu, gadis kecil itupun kini menjelma menjadi sesosok anak yang dewasa
dalam berpikir dan bertindak. Gadis kecil itupun kini tidak seperti dulu lagi yang
selalu bersedih, gadis itu kini menjelma maenjadi sosok yang tegar dan mandiri.
Gadis itu sadar bahwa semuanya yang telah terjadi adalah suratan dari Allah SWT
yang berkendak akan dirinya. Menjadi lebih baik adalah keharusan untuk meraih
masa depan yang gemilang sesuai yang telah dicita-citakan. Gadis itu masih
punya tugas utama yaitu membuat ayahnya bangga akan dirinya, dan membuat
ayahnya tersenyum melihat keberhasilan-keberhasilan yang akan diraih
selanjutnya yang bermodalkan kegigihan dan kesungguhan.
*******************