GENERASI
MUDA CERDAS BERAKHLAK MULIA
UNTUK
NEGARA KUAT BERMARTABAT
Oleh
Desy Apriana
Generasi
muda adalah asset bangsa, dan merupakan pilar kebangkitan bangsa. Masa depan
suatu bangsa terletak di genggaman para generasi muda, artinya baik buruknya suatu bangsa di masa datang di tentukan oleh baik
buruknya generasi muda di masa kini. Kualitas generasi muda menjadi perhatian
penting dalam rangka mempersiapkan pembangunan pada masa kini dan masa yang
akan datang. Generasi muda harus bisa
berperan melanjutkan estafet perjuangan,
dituntut untuk dapat berfikir panjang, banyak melakukan hal-hal positif, bijak
dalam menentukan sikap, berkarakter, berdaya saing tinggi dan memiliki etos
kerja tinggi dalam menghadapi tantangan global.
Istilah
"Generasi Muda"
secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu generasi dan muda. Kata
"generasi" berarti angkatan atau turunan (Dep P dan K 1999); dan kata "muda" yang berarti belum
lama ada. Generasi muda berarti angkatan atau turunan yang belum lama hidup.
Dalam pengertian pertama ini nampaknya belum begitu jelas apa esensi generasi
muda yang dimaksud dalam pembahasan ini. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
generasi muda berarti generasi yang akan melanjutkan generasi
sebelumnya.
Kata generasi muda tidak cukup diartikan berdasarkan
ilmu kebahasaan (etimologi) saja, tetapi perlu dilihat arti secara terminologi
(istilah). Menurut Suraiya,” Generasi
muda adalah bagian suatu generasi yang sedang menjalani giliran mengelola
kehidupan masyarakat dan kenegaraan “ (Suraiya 1985). Suryono Sukanto mengartikan
generasi muda adalah “Sekelompok orang muda yang lahir dalam jangka waktu tertentu” (Suryono Sukanto 1993). Selanjutnya
Hartini dan Kartasapoetra menamakan “ Generasi
muda sebagai angkatan kaum muda “(Hartini dan Karta sapoetra 1992).
Dari
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan,
bahwa generasi muda adalah kelompok, golongan, angkatan, kaum muda yang hidup dalam jangka waktu tertentu, di mana mereka
memiliki tugas untuk melanjutkan pembangunan bangsanya sebagaimana tugas-tugas
para angkatan yang hidup sebelum mereka.
Dalam menciptakan generasi muda sesuai
harapan bangsa, Pemerintah harus memperhatikan juga pendidikan di pelosok desa
sampai ke pedalaman. Pendidikan jangan hanya untuk anak-anak yang tinggal di
kota besar, melainkan untuk anak-anak yang berada di derah terpencil harus
menjadi perhatian khusus. Jangan pernah ada satu anak pun di Indonesia yang
tidak merasakan manisnya pendidikan di bangku sekolah. Pantau dan tumbuhkan
selalu semangat dan pentingnya belajar agar calon-calon generasi muda menjadikan belajar adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa di
tawar-tawar lagi. Bangun gedung dan lengkapi sarana prasarana di
sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil. Sediakan dan siapkan guru-guru
yang mumpuni, berikan kesejahteraan kepada guru-guru tersebut agar dapat
bekerja dengan lebih semangat lagi.
Jangan pernah ada pembedaan antara
sekolah kota dan desa. Semua anak Indonesia harus mempunyai kesempatan
yang sama untuk bersekolah karena pendidikan merupakan jalan pembebasan dari
segala bentuk penjajahan fisik dan pikiran, karena dengan ilmulah kita menuju
kemuliaan.
Generasi muda sebagai penerus bangsa
tidak cukup dengan hanya cerdas saja, tapi juga harus berahlak mulia. Tidak
dapat dipungkiri, di era globalisasi sekarang ini, mempersiapkan generasi
muda untuk menjadi generasi muda yang cerdas
apalagi yang berahlak mulia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh
perjuangan, tekad yang kuat dan kerjasama penuh semua elemen bangsa, terlebih
lagi melihat kondisi perkembangan zaman sekarang ini yang semakin menyesatkan.
Kata “akhlak”
dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
dengan akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai
dan kesusilaan. Istilah-istilah akhlak juga sering disetarakan dengan istilah
etika. Sedangkan kata yang dekat dengan etika adalah moral. Jadi dapat dipahami bahwa akhlak adalah kemampuan
jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau
pemaksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik dan
buruk.
Perkembangan zaman tak luput dari
merosotnya akhlak para generasi muda
bangsa Indonesia. Walaupun tidak bisa di generalisasi, cukup banyak ditemui anak-anak yang tidak menghormati
bahkan melawan orang tua dan guru. Masih
ada dari mereka yang tidak memiliki kepedulian
sosial dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar, perkelahian atau
tawuran antar sekolah, pergaulan hingga berpacaran yang sudah kelewat batas,
tidak santun kepada orang yang lebih tua dan masih banyak prilaku-prilaku tidak
baik lainnya. Di sekolah pastinya
hal-hal kebaikan sudah diajarkan diajarkan ilmunya oleh para guru di sekolah
tapi dirasa masih belum mengena dan tidak dipungkiri ilmu-ilmu kebaikan
tersebut dianggap seperti angin lalu hanya sebagai pengetahuan teoritis saja.
Mengapa itu semua terjadi? Lingkunganlah
yang membentuk mereka seperti itu. Bagaimana tidak? Contoh kecil adalah adanya
televisi sebagai wujud dari perkembangan zaman malah menyuguhkan
tontonan-tontonan yang mengajarkan melawan orang tua atau guru, pacaran,
berfoya-foya dengan pola gaya hidup bebas, perkelahian, dan masih banyak
prilaku-prilaku negatif lainnya yang dilakukan yang pasti banyak mudharatnya.
Selain televisi, ditambah adanya
internet sebagai wujud modernisasi pun malah menjerumuskan para generasi
muda untuk terlena, berlama-lama
berselancar di media sosial yang pada akhirnya membuat mereka lupa untuk belajar, lupa untuk senantiasa
berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Itulah kenyataannya. Tak sedikit
para generasi muda yang terpengaruh dengan tontonan-tonanan yang ada. Tak
sedikit generasi muda terjerumus, tersandung kasus akibat sosial media.
Untuk mewujudkan generasi muda yang
cerdas, beretika dan berahlak mulia adalah tugas semua elemen bangsa. Keluarga,
lingkungan sampai pemerintahan, semuanya
harus bersinergi untuk mewujudkan keinginan tersebut. Peran dari keluarga dan lingkungan
merupakan faktor penting dalam proses
pembentukan generasi yang sesuai dengan harapan bangsa. Keluarga, yang merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakan pada
masa kini belum sepenuhnya menjalankan tugas
dengan baik. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosialisasi, yaitu
keluraga harus berperan tidak hanya mensosialisasikan tentang norma-norma tapi
juga tentang etika dan keteladanan. Faktanya, banyak ditemukan dan tidak bisa
ditutupi bagaimana krisisnya etika yang masih minim dimiliki generasi muda,
sangat jauh untuk bisa mengembangkan dan menerapkan sikap-sikap sosial dalam
kehidupan sehari-hari.
Kita mungkin sering melupakan bahwa apa
yang anak lihat dari figure orang
tuanya, maka itu yang akan ia tiru. Atau singkat kata perilaku anak adalah
cerminan dari perilaku orang tua. Tidak hanya contoh dari orang tuanya,
guru-guru di sekolah dan orang-orang di lingkungan terdekat harus selalu memberikan ketauladanan dalam kehidupan
sehari-hari, dengan begitu para generasi muda akan terbiasa dan meniru hal-hal
baik dan melakukan prilaku-prilaku mulia yang telah dilakukan orang-orang
sekitarnya.
Teringat
sebuah kisah dimasa silam tentang teladan-teladan yang diberikan oleh sang ibu. disadari atau tidak, Ibu mengajarkan kepada
anaknya bagaimana caranya berbagi. Berbagi sesuai dengan kemampuannya. Sebagai
contoh ketika di rumah terdapat makanan berlebih sang ibu menyuruh sang anak
untuk memberi tetangga sebelah rumah, dan itu terjadi tidak hanya sekali dua
kali. Ketika teman anak-anak ibu
tersebut bermain ke rumah, tak segan ibu menyuruh mereka untuk makan bersama
dengan lauk seadanya. Dan itu terjadi tidak hanya dengan satu atau dua orang
teman anaknya. Diperjalanan hidup anaknya, ia akan menjadi anak yang peka
terhadap lingkungan dan tidak pelit. Contoh kecil lainnya adalah ketika ada
orang tua ramah dengan orang yang ia temui, si anak akan meniru, dan ramah
terhadap orang lain. Karakter tersebut mendarah daging di tubuhnya, sehingga
ramah sudah melekat dalam tradisi keluarga tersebut.
Jangan
bermimpi menjadikan negara Indonesia bebas dari korupsi, kalau masih saja pada
kenyataannya orang-orang yang menjadi panutan malah melakukan hal-hal buruk
seperti itu. Tontonan tentang perselisihan orang-orang dewasa bahkan pada
lembaga terhormat tidak lagi menjadi tabu untuk
dilihat generasi muda yang pada akhirnya hal-hal tersebut akan diaggap
menjadi lumrah.
Jadi,
sekarang tugas yang harus dilaksanakan oleh keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar kita, memilih sikap
apa yang akan kita ambil supaya seorang anak
berperilaku baik dalam arti sesungguhnya. Semuanya harus bersama-sama
dalam memberikan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Karena 1 teladan sungguh jitu dibanding dengan
1000 nasihat, dan itu benar adanya. Generasi muda tidak butuh dicekoki
dengan banyaknya teori-teori kebaikan yang memusingkan seorang anak, tapi
mereka lebih butuh sebuah keteladanan yang real ada di depan mata mereka.
Indonesia
membutuhkan generasi muda cerdas
sehingga pendidikan menjadi sebuah
keharusan dan tidak bisa di tawar-tawar lagi. Pendidikan Indonesia harus maju,
sarana dan prasarana serta guru, harus
menjadi perhatian khusus. Selain
generasi muda cerdas, Indonesia membutuhkan generasi muda beretika dan berahlak
mulia, selayaknya keluarga, lingkungan dan semua elemen pemerintahan dalam
kehidupan dapat memberikan ketauladanan
dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu generasi muda akan terlahir dari
lingkungan yang baik dan mulia. Perilaku anak-anak bangsa adalah cerminan dari
perilaku orang tuanya, lingkungan dan kehidupan sekitarnya. Dengan begitu bangsa Indonesia akan memiliki para generasi
muda yang berkualitas yang dapat memajukan bangsa dan membawa harum nama
Indonesia di mata dunia. Generasi muda cerdas berahlak mulia akan
menjadikan negara kuat bermartabat.
Majulah Indonesia.
***********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar