Kamis, 08 Agustus 2019

GENERASI MUDA CERDAS BERAKHLAK MULIA
UNTUK NEGARA KUAT BERMARTABAT
Oleh
Desy Apriana

Generasi muda adalah asset bangsa, dan merupakan pilar kebangkitan bangsa. Masa depan suatu bangsa terletak di genggaman para generasi muda,  artinya baik buruknya suatu  bangsa di masa datang di tentukan oleh baik buruknya generasi muda di masa kini. Kualitas generasi muda menjadi perhatian penting dalam rangka mempersiapkan pembangunan pada masa kini dan masa yang akan datang.  Generasi muda harus bisa berperan  melanjutkan estafet perjuangan, dituntut untuk dapat berfikir panjang, banyak melakukan hal-hal positif, bijak dalam menentukan sikap, berkarakter, berdaya saing tinggi dan memiliki etos kerja tinggi dalam menghadapi tantangan global.

Istilah "Generasi Muda" secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu generasi dan muda. Kata "generasi" berarti angkatan atau turunan (Dep P dan K 1999); dan kata "muda" yang berarti belum lama ada. Generasi muda berarti angkatan atau turunan yang belum lama hidup. Dalam pengertian pertama ini nampaknya belum begitu jelas apa esensi generasi muda yang dimaksud dalam pembahasan ini. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) generasi muda berarti generasi yang akan melanjutkan generasi sebelumnya.

Kata generasi muda tidak cukup diartikan berdasarkan ilmu kebahasaan (etimologi) saja, tetapi perlu dilihat arti secara terminologi (istilah). Menurut Suraiya,” Generasi muda adalah bagian suatu generasi yang sedang menjalani giliran mengelola kehidupan masyarakat dan kenegaraan “ (Suraiya 1985). Suryono Sukanto mengartikan generasi muda adalah     “Sekelompok orang muda yang lahir dalam jangka waktu tertentu” (Suryono Sukanto 1993). Selanjutnya Hartini dan Kartasapoetra menamakan “ Generasi muda sebagai angkatan kaum muda “(Hartini dan Karta sapoetra 1992).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa generasi muda adalah kelompok, golongan, angkatan, kaum muda yang hidup dalam jangka waktu tertentu, di mana mereka memiliki tugas untuk melanjutkan pembangunan bangsanya sebagaimana tugas-tugas para angkatan yang hidup sebelum mereka.

Dalam menciptakan generasi muda sesuai harapan bangsa, Pemerintah harus memperhatikan juga pendidikan di pelosok desa sampai ke pedalaman. Pendidikan jangan hanya untuk anak-anak yang tinggal di kota besar, melainkan untuk anak-anak yang berada di derah terpencil harus menjadi perhatian khusus. Jangan pernah ada satu anak pun di Indonesia yang tidak merasakan manisnya pendidikan di bangku sekolah. Pantau dan tumbuhkan selalu semangat dan pentingnya belajar agar calon-calon generasi muda  menjadikan belajar adalah  sebuah kebutuhan yang tidak bisa di tawar-tawar lagi. Bangun gedung dan lengkapi sarana prasarana di sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil. Sediakan dan siapkan guru-guru yang mumpuni, berikan kesejahteraan kepada guru-guru tersebut agar dapat bekerja dengan lebih  semangat lagi. Jangan pernah ada pembedaan antara  sekolah kota dan desa. Semua anak Indonesia harus mempunyai kesempatan yang sama untuk bersekolah karena pendidikan merupakan jalan pembebasan dari segala bentuk penjajahan fisik dan pikiran, karena dengan ilmulah kita menuju kemuliaan.

Generasi muda sebagai penerus bangsa tidak cukup dengan hanya cerdas saja, tapi juga harus berahlak mulia. Tidak dapat dipungkiri, di era globalisasi sekarang ini, mempersiapkan generasi muda  untuk menjadi generasi muda yang cerdas apalagi yang berahlak mulia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh perjuangan, tekad yang kuat dan kerjasama penuh semua elemen bangsa, terlebih lagi melihat kondisi perkembangan zaman sekarang ini yang semakin menyesatkan.


Kata “akhlakdalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai dan kesusilaan. Istilah-istilah akhlak juga sering disetarakan dengan istilah etika. Sedangkan kata yang dekat dengan etika adalah moral.  Jadi dapat dipahami bahwa akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan. Sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik dan buruk.

Perkembangan zaman tak luput dari merosotnya akhlak para generasi muda  bangsa Indonesia. Walaupun tidak bisa di generalisasi, cukup banyak  ditemui anak-anak yang tidak menghormati bahkan  melawan orang tua dan guru. Masih ada dari mereka yang tidak memiliki kepedulian  sosial dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar, perkelahian atau tawuran antar sekolah, pergaulan hingga berpacaran yang sudah kelewat batas, tidak santun kepada orang yang lebih tua dan masih banyak prilaku-prilaku tidak baik lainnya.  Di sekolah pastinya hal-hal kebaikan sudah diajarkan diajarkan ilmunya oleh para guru di sekolah tapi dirasa masih belum mengena dan tidak dipungkiri ilmu-ilmu kebaikan tersebut dianggap seperti angin lalu hanya sebagai pengetahuan teoritis saja.

Mengapa itu semua terjadi? Lingkunganlah yang membentuk mereka seperti itu. Bagaimana tidak? Contoh kecil adalah adanya televisi sebagai wujud dari perkembangan zaman malah menyuguhkan tontonan-tontonan yang mengajarkan melawan orang tua atau guru, pacaran, berfoya-foya dengan pola gaya hidup bebas, perkelahian, dan masih banyak prilaku-prilaku negatif lainnya yang dilakukan yang pasti banyak mudharatnya.

Selain televisi, ditambah adanya internet sebagai wujud modernisasi pun malah menjerumuskan para generasi muda  untuk terlena, berlama-lama berselancar di media sosial yang pada akhirnya membuat mereka  lupa untuk belajar, lupa untuk senantiasa berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Itulah kenyataannya. Tak sedikit para generasi muda yang terpengaruh dengan tontonan-tonanan yang ada. Tak sedikit generasi muda terjerumus, tersandung kasus akibat sosial media.
Untuk mewujudkan generasi muda yang cerdas, beretika dan berahlak mulia adalah tugas semua elemen bangsa. Keluarga, lingkungan sampai pemerintahan, semuanya   harus bersinergi untuk mewujudkan keinginan  tersebut. Peran dari keluarga dan lingkungan merupakan faktor penting  dalam proses pembentukan generasi yang sesuai dengan harapan bangsa. Keluarga,  yang merupakan  lingkungan terkecil dalam masyarakan pada masa kini belum sepenuhnya menjalankan tugas  dengan baik. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosialisasi, yaitu keluraga harus berperan tidak hanya mensosialisasikan tentang norma-norma tapi juga tentang etika dan keteladanan. Faktanya, banyak ditemukan dan tidak bisa ditutupi bagaimana krisisnya etika yang masih minim dimiliki generasi muda, sangat jauh untuk bisa mengembangkan dan menerapkan sikap-sikap sosial dalam kehidupan sehari-hari. 

Kita mungkin sering melupakan bahwa apa yang anak lihat dari figure orang tuanya, maka itu yang akan ia tiru. Atau singkat kata perilaku anak adalah cerminan dari perilaku orang tua. Tidak hanya contoh dari orang tuanya, guru-guru di sekolah dan orang-orang di lingkungan terdekat  harus selalu memberikan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu para generasi muda akan terbiasa dan meniru hal-hal baik dan melakukan prilaku-prilaku mulia yang telah dilakukan orang-orang sekitarnya.

Teringat sebuah kisah dimasa silam tentang teladan-teladan  yang diberikan oleh sang ibu.  disadari atau tidak, Ibu mengajarkan kepada anaknya bagaimana caranya berbagi. Berbagi sesuai dengan kemampuannya. Sebagai contoh ketika di rumah terdapat makanan berlebih sang ibu menyuruh sang anak untuk memberi tetangga sebelah rumah, dan itu terjadi tidak hanya sekali dua kali. Ketika teman anak-anak  ibu tersebut bermain ke rumah, tak segan ibu menyuruh mereka untuk makan bersama dengan lauk seadanya. Dan itu terjadi tidak hanya dengan satu atau dua orang teman anaknya. Diperjalanan hidup anaknya, ia akan menjadi anak yang peka terhadap lingkungan dan tidak pelit. Contoh kecil lainnya adalah ketika ada orang tua ramah dengan orang yang ia temui, si anak akan meniru, dan ramah terhadap orang lain. Karakter tersebut mendarah daging di tubuhnya, sehingga ramah sudah melekat dalam tradisi keluarga tersebut.

Jangan bermimpi menjadikan negara Indonesia bebas dari korupsi, kalau masih saja pada kenyataannya orang-orang yang menjadi panutan malah melakukan hal-hal buruk seperti itu. Tontonan tentang perselisihan orang-orang dewasa bahkan pada lembaga terhormat tidak lagi menjadi tabu untuk  dilihat generasi muda yang pada akhirnya hal-hal tersebut akan diaggap menjadi lumrah.

Jadi, sekarang tugas yang harus dilaksanakan oleh keluarga, sekolah  dan lingkungan sekitar kita, memilih sikap apa yang akan kita ambil supaya seorang anak  berperilaku baik dalam arti sesungguhnya. Semuanya harus bersama-sama dalam memberikan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.  Karena 1 teladan sungguh jitu dibanding dengan 1000 nasihat, dan itu  benar adanya. Generasi muda tidak butuh dicekoki dengan banyaknya  teori-teori  kebaikan yang memusingkan seorang anak, tapi mereka lebih butuh sebuah keteladanan yang real ada di depan mata mereka.

Indonesia membutuhkan  generasi muda cerdas sehingga  pendidikan menjadi sebuah keharusan dan tidak bisa di tawar-tawar lagi. Pendidikan Indonesia harus maju, sarana dan  prasarana serta guru, harus menjadi perhatian khusus.  Selain generasi muda cerdas, Indonesia membutuhkan generasi muda beretika dan berahlak mulia, selayaknya keluarga, lingkungan dan semua elemen pemerintahan dalam kehidupan dapat  memberikan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu generasi muda akan terlahir dari lingkungan yang baik dan mulia. Perilaku anak-anak bangsa adalah cerminan dari perilaku orang tuanya, lingkungan dan kehidupan sekitarnya. Dengan begitu  bangsa Indonesia akan memiliki para generasi muda yang berkualitas yang dapat memajukan bangsa dan membawa harum nama Indonesia di mata dunia. Generasi muda cerdas berahlak mulia akan menjadikan  negara kuat bermartabat. Majulah Indonesia.

***********
ACEH DALAM SEJARAH KERAJAAN ISLAM NUSANTARA
Oleh
Desy Apriana

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki citra dan pesona luar biasa. Aceh disebut sebagai serambi mekah bukan tidak ada historinya, semua orang mengetahui itu,  ketika menyebut serambi Mekah pasti semua nya tertuju pada provinsi paling utara di Pulau Sumatera ini.

Mengapa disebut Serambi Mekah? Sebagaimana diketahui, serambi atau teras merupakan bagian dari bangunan rumah yang paling awal ditemui sebelum pintu masuk, berkenaan bahwa Aceh pernah berperan sebagai daerah masuknya ajaran Islam pertama di Indonesia. Selain itu, sebagian riwayat mencatat bahwa istilah nama Serambi Mekkah diperuntukkan bagi Aceh sebab pada masa silam, sebelum media transportasi berkembang pesat seperti sekarang, apabila warga Indonesia hendak pergi haji ke Mekkah, maka harus melalui jalur Aceh sebagai lokasi pelayaran kapal yang paling dekat dengan ibu kota negara suci umat Islam tersebut.

Perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam dimulai tepatnya tahun 674 ketika Dinasti Umayyah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Sejak itu para pelaut dan pedagang muslim terus berdatangan abad demi abad. Mereka melakukan hubungan dagang, membeli hasil bumi dari Indonesia sambil berdakwah, hubungan dagangpun terjalin antara saudagar Indonesia dengan saudagar muslim seperti Arab, Tiongkok, Gujarat, Turki dan Persia.

Melalui perdagangan, diperkenalkanlah ajaran Islam, sebuah ajaran yang menjunjung persamaan derajat dan rasa toleransi diantara sesama manusia. Penduduk yang merasa tertarik akhirnya menganut agama Islam dan mengikuti aturan-aturan yang ada didalamnya dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain melalui perdagangan, ada beberapa jalur lain yang digunakan dalam masuknya Islam di Aceh yaitu  melalui pernikahan, pendidikan dan kesenian.

Pernikahan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia ataupun dengan penduduk setempat, membentuk sebuah ikatan kekerabatan yang besar antara pihak laki-laki dan keluarga pihak wanita. Penyebaran agama Islam melalui pendidikan di lakukan oleh para ulama dan guru-guru agama Islam dengan mendirikan lembaga-lembaga Islam, sebagai contohnya adalah pesantren dan penyebaran agama Islam melalui pertujunjukan seni dilakukan dengan cara memasukkan unsur-unsur agama Islam ke dalam cerita dalam pertunjukan wayang sehingga akhirnya dapat menarik rmasyarakat memeluk agama Islam.

Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam pertama ini berlokasi di Aceh Timur, daerah Perlak di Aceh sekarang. muncul pada abad ke-9 dan bertahan hingga akhir abad ke-13. Bukti-bukti keberadaannya adalah naskah Idhar al-Haq karya Abu Ishak Makarani,  naskah Tadzkirah Thabat Jumu Sulthan As-Salathin karya Syaikh Syamsul Bahri Abdullah al-Asyi, dan naskah Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai karya Sayyid Abdullah ibn Sayyid Habib Saifuddin,  selain itu ditemukan mata uang dari emas, perak dan tembaga, stempel kerajaan dan makam Raja Benoa.

Kerajaan Perlak banyak ditumbuhi kayu perlak, yang merupakan bahan pembuatan kapal sehingga tak heran kalau para pedagang dari Gujarat, Arab dan India tertarik untuk datang ke sini untuk membeli kayu tersebut. Kerajaan Perlak pun  memiliki pelabuhan perniagaan yang maju dan aman sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang orang-orang Arab dan Persia.  Pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Raja pertamanya adalah Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah.

Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga, yaitu putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al-Malik Al-Saleh.

Kerajaan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Pada akhirnya Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan Sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, yaitu Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari Al-Malik Al-Saleh.


Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan yang bernama Samudra, didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik Al Saleh sekitar tahun 1267, terletak di Aceh Utara tidak jauh dari Pasai. Setelah ibu kota dipindahkan ke Pasai, kerajaan ini berganti nama Samudra Pasai. Letaknya yang sangat strategis menjadikan kerajaan Samudra Pasai sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia bagian barat, dan menjadi tempat berkumpulnya saudagar saudagar Islam dari Gujarat, Persia, Tiongkok, dan Arab.

Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345, dan Hikayat Raja-raja Pasai, dan penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.

Pemerintahan Sultan Malik As-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik Az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam.

Sultan Muhammad Malik Az-Zahir meninggal dunia tahun 1326 dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir  (1326-1345). Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir  datang serangan dari Majapahit antara tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan. Kerajaan Samudera Pasai kembali bangkit dibawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik Az-Zahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405.

Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. 

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pasai merupakan kota dagang, dan yang menjadi komoditi andalannya adalah lada. Kehidupan masyarakat Pasai umumnya menanam padi di ladang dan  memilki sapi perah yang susunya dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan   keju. Kehidupan sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Persamaan  inilah yang  memudahkan penerimaan agama Islam di Malaka ditambah lagi dengan  adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka membuat hubungan ini semakin erat.

Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan aceh.

Kesultanan Aceh Darussalam.
Kesultanan Aceh Darussalam memulai pemerintahannya ketika Kerajaan Samudera Pasai  sedang dalam masa keruntuhan. Sultan Ali Mughayat mendirikan Kesultanan Aceh pada tahun 1496. Pemerintahaan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.



Keberadaaan Kesultanan Aceh Darussalam dengan ditemukannya batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah. Di batu nisan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam yang berada di Kandang XII Banda Aceh ini, disebutkan bahwa Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia pada tahun 1530. Selain itu, ditemukan juga batu nisan lain di Kota Alam, yang merupakan makam ayah Sultan Ali Mughayat Syah, yaitu Syamsu Syah, yang menyebutkan bahwa Syamsu Syah wafat pada 14 Muharram 737 Hijriah. Sebuah batu nisan lagi yang ditemukan di Kuta Alam adalah makam Raja Ibrahim yang kemudian diketahui bahwa ia adalah adik dari Sultan Ali Mughayat Syah.

Sultan Ali Mughayat Syah memerintah
hanya 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, ia meninggal dunia Tahun 1530 Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, tetapi ia berhasil  meletakkan dasar-dasar politik luar negeri Kesultanan Aceh Darussalam sehingga kerajaan Aceh menjadi kerajaan yang besar dan kokoh.  Dasar-dasar kebijakan politik ini tetap dijalankan oleh sultan-sultan penggantinya.

Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636). Kemunduran Aceh disebabkan oleh makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka dan adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan yang turut berperan besar dalam melemahnya Kesultanan Aceh.

*********************************
LAMPUNGKU, SAI BUMI RUWAI JURAI
 Oleh : 
 Desy Apriana 





1.        Pendahuluan
Provinsi  Lampung yang terletak di ujung selatan pulau Sumatera adalah pintu gerbang antara Jawa dan Sumatera. Seperti daerah lainnya, Lampung juga memiliki keberagaman budaya, ras, bahasa, agama dan lain-lain. Hanya saja masih banyak warga negara Indonesia khusunya penduduk Lampung sendiri tidak menyadari hal itu. Mengaapa dikatakan tidak menyadari? Hal ini dikarenakan pada umumnya masyarakat setempat hanya paham dan mengakui keberadaan orang-orang yang terdekatnya saja. Padahal Keberagaman dan kurangnya kesadaran masyarakat setempatlah inilah yang menjadi salah satu potensi bagi bangsa Indonesia yang harus dikelola dengan baik, benar, adil dan bijaksana.

Kita sebagai warga negara Indonesia yang baik,  haruslah  bertangung  jawab dan peduli akan nasib bangsa kita pada hari ini dan dikemudian hari. Salah satu cara yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam memahami sejarah Indonesia khususnya daerah tempat tinggal sendiri termasuk pula wawasan kebangsaan dan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalamnya. Wawasan kebangsaan inilah yang apabila digali akan menjadikan kita menjadi warga negara yang dapat menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa (Integritas). Persatuan dan kesatuan bangsa mutlak harus kita miliki agar wilayah NKRI tetap terjaga dan tidak akan hancur walaupun berada diatas kemajemukan atau kebhinekaan. Nilai-nilai persatuan dan ksatuan ini harus terus  selalu dipupuk dan dilestarikan terus-menerus karena ini merupakan modal besar bagi bangsa dalam membangun NKRI yang maju, sejahtera, damai dan sentosa.

Sejarah Lampung dimulai sejak zaman Hindu Animisme yang berlangsung antara abad pertama sampai awal abad XIV. Sistem kebudayaan berasal dari luar termasuk Hindu dan Budha, tetapi yang paling dominan adalah tradisi asli dari zaman Malayo-Polinesia. Daerah lampung dikenal orang luar sejak permulaan tahun masehi sebagai tempat orang-orang lautan mencari hasil hutan. Hal itu terbukti dengan ditemukannya berbagai jenis bahan keramik dari Zaman Han (206-220 SM) dan akhir zaman Han (abad II s/d VII) juga dari zaman Ming (1368-1643).
Berdasarkan cerita dari negeri China (China Cronicle) abad ke VII, menyebutkan bahwa di daerah selatan (Nam-phang) terdapat kerajaan-kerajaan yang disebut Tolang P’ohwang       (to = orang, lang p’ohwang=Lampung). Pada pertengahan abad VII di Lampung ada kerajaan Tulangbawang yang menganut kepercayaan lama (animisme) dan mempunyai hubungan dengan kerajaan Melayu, Kamboja, dan negeri Cina. Pusat kerajaan Tulangbawang diperkirakan disekitar muara sungai Tulangbawang, mulai sekitar Menggala sampai Pagar Dewa.

Adanya penemuan peninggalan sejarah atau budaya bentuk patung-patung, pahatan bercorak megalitik di sekitar Purawiwitan, Sumberjaya, Kenali, Batubedil dan Pugung Raharjo Kecamatan Jabung menggambarkan Lampung telah didiami manusia sejak zaman prasejarah berabad-abad yang lalu. Pada daerah-daerah tertentu terdapat peninggalan bersejarah yang menunjukan bahwa Lampung berada di bawah pengaruh kerajaan maritim terbesar kala itu yaitu kerajaan Sriwijaya. Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Batubedil di daerah Lampung  Selatan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad VII-VIII.

Zaman Islam ditandai dengan masuknya pengaruh Banten di Lampung pada abad VI, terutama saat bertahtanya Sultan Hasanuddin (1552-1570). Pada abad XIX, Lampung melahirkan pahlawan yang bernama Raden Intan, dikenal sebagai pejuang gigih menentang penjajahan Belanda. Pengaruh Islam terlihat dengan adanya Tamra Prasasti (prasasti yang ditulis diatas logam) di daerah Bojong, kecamatan Jabung sekarang. Prasasti itu berisi perjanjian kerjasama antara Banten dan Lampung dalam menghadapi penjajahan Belanda.
Selain itu, penemuan bahan-bahan keramik Zaman Han (200-250 M) dan Zaman T’ang (607-908) menambah daftar sejarah Lampung yang menunjukan sudah adanya orang Lampung yang berhubungan dengan luar negeri.

2.        Riwayat Pergerakan
Hubungan sejarah antara masyarakat Lampung dengan Banten, terutama dalam bentuk penyiaran agama Islam, ikatan pergerakan rakyat dan kerajaan-kerajaan, kekerabatan perkawinan dan sebagainya, diperkirakan sudah dimulai sejak abad XVI dan XVII. Perjuangan melawan penjajan Belanda berlangsung hampir di seluruh daerah seperti di daerah Kotabumi, Bukit Kemuning, Menggala, Jabung, Kalianda dan sekitarnya. Perlawanan ini makin meningkat pada abad XVIII dipimpin Raden Intan I yang meninggal 1825, dilanjutkan putranya Raden Imba Kusuma yang berlangsung sampai dengan 1834.
Pada tahun 1833 Belanda dengan kekuatan besar mencoba menyerbu benteng Raden Imba Kesuma, tetapi gagal. Baru pada 1834 setelah asisten Residen diganti perwira militer Belanda pasukan Raden Imba Kesuma bisa ditaklukan. Raden Imba Kesuma sendiri menyingkir ke daerah Pulau Lingga. Tetapi, rupanya penduduk daerah Lingga telah terkena pengaruh Belanda. Mereka lalu menangkap Raden Imba Kesuma dan menyerahkan kepada Belanda. Raden Imba Kesuma kemudian dibunag ke Pulau Timor dan meninggal disana.

Perjuangan Raden Imba Kesuma dilanjutkan putranya, Raden Intan II yang pada tahun 1850 dinobatkan menjadi Raja Kuripan didaerah Kalianda, Lampung Selatan. Keratuan Kuripan ketika itu dikendalikan oleh pamannya dan seorang ulama. Raden Intan II melakukan perlawanan untuk mengusir kolonialisme selama 20 tahun dan berakhir pada 5 Oktober 1856 saat ia tertembak ketika Belanda menyergapnya. Untuk mengenang jasa-jasa perjuangan Raden Intan II, pemerintah pusat menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional asal daerah Lampung berdasarkan Kepres. No: 082/TK/1986 tanggal 28 Oktober 1986.

Sisa-sisa bukti sejarah pahlawan Raden Intan II sampai sekarang masih ada berupa benteng-benteng, antara lain benteng Bendulu, Raja Gepeh, Merambung, Pematang Sontok, rindah, rohogh, Kunyai, Hawi Bergak, Cempaka, Galah Tanah dan Salai Tabuan. Disamping itu terdapat peninggalan lain berupa senjata, keris, badik, pedang, meriam kecil, dan besar yang kini disimpan oleh keturunannya di Kalianda , Lampung Selatan.

3.    Keadaan Daerah
Letak Provinsi Lampung sangat strategis, hanya dipisahkan Selat Sunda. Beberapa pulau kecil diantaranya mempunyai arti tersendiri, diantaranya Pulau Krakatau terkenal karena letusannya yang sangat dahsyat pada tgl 27 Agustus 1883. Lampung sebelumnya termasuk salah satu karesidenan di propinsi Sumatera Selatan, hanya saja pada akhirnya status ditingkatkan menjadi Propinsi Daerah Tingkat I Lampung dengan luas wilayah 35.376,5 Km2. Termasuk diantaranya beberapa pulau kecil yang terletak di Selat Sunda dan Teluk Lampung.

Daerah Lampung banyak menyimpan potensi sumber daya alam dan hal-hal yang menarik lain seperti suaka alam, gunung-gunung api, pantai-pantai dan tradisi/budaya lama yang mudah dikunjungi dari semua daerah di Sumatra dan Jawa, terutama dari ibukota negara. Keadaan daerah Lampung terdiri dari pegunungan dan tanah datar. Pegunungan dan dataran tinggi terletak di bagian barat yang merupakan rangkaian dari pegunungan Bukit Barisan (BBS), sedangkan bagian timur merupakan dataran rendah, tempat mengalir beberapa sungai (way), diantaranya Way Tulang bawang, Way Mesuji, Way Sekampung, Way Seputih. Beberapa sungai merupakan alat perhubungan yang cukup penting terutama Way Tulangbawang, dan Way Mesuji yang dapat dilayari sejauh 60-80 Km.

Dataran lumpur, hutan-hutan bakau dan payau menggarisbatasi pantai-pantai sebelah timur. Hutan belantara penuh dengan aneka ragam kehidupan fauna. Gajah, satwa yang dilindungi yang selain sering menimbulkan bencana, tapi juga menjadi primadona pariwisata Lampung. Terutama setelah dibangunnya Pusat Latihan Gajah (PLG) di Way Kambas. PLG Way Kambas telah mendidik ratusan gajah liar dan kini mengisi beberapa kebun binatang di seloroh pelosok tanah air termasuk Taman Sapari Cisarua Bogor.

Dikawasan teluk Lampung terdapat beberapa pulau seperti Pulau Condong, Condong Darat, Condong Laut, Pulau Tiga, Pulau Sebuku, Pulau Sebesi dan gugusan Krakatau. Gugusan krakatau terdiri dari Pulau Sertung, Pulau Panjang, Krakatau Besar dan Anak krakatau yang puncaknya setiap tahun bertambah tinggi beberapa meter akibat aliran lahar, bebatuan dan pasir yang disemburkan saat gunung berapi ini aktif.

Teluk Ratai yang terletak di Teluk Lampung sebelah barat memiliki potensi alam yang kaya pemandangan dan wisata laut. Pasir pantai yang keputih-putihan serta bersih dari polusi, air laut yang bersih dan tenang karena terlindung oleh pulau-pulau besar dan kecil disekitar teluk, menjadikan Teluk Lampung suatu kawasan wisata yang banyak menawarkan aktivitas bahari dan pantai. Disamping itu, kawasan ini juga menjadi tempat nelayan dan dunia usaha swasta mengembangkan usaha tangkapan/budidaya subsektor perikanan laut.

4.    Sekelumit Adat Istiadat
Penduduk asli Lampung secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar masyarakat adat, yaitu masyarakat Adat Peminggir yang berdiam disepanjang pantai pesisir dan masyarakat Adat Pepadun yang berdiam di daerah pedalaman. Masyarakat Adat Peminggir termasuk diantaranya masyarakat adat Krui, Ranau, Pesisir Teluk, Kota agung, Kalianda, Labuhan Maringgai, Komering sampai Kayu Agung, sedangkan Masyarakat Adat Pepadun terdiri dari Masyarakat Adat Abung (Abung Siwo Mego), Pubian (Pubian Telu Suku), Menggala/Tulangbawang (Mego Pak) dan Buay Lima.
Upacara-upacara adat umumnya menandai adanya perkawinan/pernikahan yang dilakukan menurut tata cara adat tradisional, disamping kewajiban melaksanakan atau menerapkan hukum Islam yang menurut anggapan merupakan bagian dari tata cara adat itu sendiri. Tata cara dan upacara perkawinan adat Pepadun pada umumnya berbentuk perkawinan “jujur” dengan menurut garis keturunan Patrilineal. Perkawinan diawali dan ditandai dengan adanya pemberian sejumlah uang kepada pihak mempelai wanita untuk menyiapkan “sesan”, berupa alat-alat keperluan rumah tangga yang akan diserahkan kepada pihak keluarga mempelai pria pada waktu upacara perkawinan berlangsung. Upacara itu sekaligus penyerahan mempelai wanita kepada keluarga/klan mempelai pria dan dengan demikian secara hukum adat, putus pula hubungan keluarga antara mempelai wanita dengan keluarga/orang tuanya.

Upacara perkawinan dapat dilaksanakan dengan cara adat “Hibal Serba”, “Bembang Aji”, “Intar Padang”, “Intar Manom” (“Cakak Manuk”) dan “Sebambangan”. Dalam banyak hal, ciri tersebut sangat dominan dilakukan dengan Geneologis pada masyarakat hukum adat yang anggota-anggotanya didasarkan atas suatu pertalian keturunan. Baik pertalian keturunan karena ikatan darah maupun karena hubungan darah.

Dalam kehidupan sehari-hari corak keaslian khas penduduk/masyarakat Lampung dapat disimpulkan dalam Piil Pesenggiri. Piil Pesenggiri bagi masyarakat Lampung memiliki makna sebagai cara hidup (Way of Life).  Ini bermakna, setiap gerak dan langkah kehidupan orang Lampung dalam kehidupan sehari-hari dilandasi dengan kebersihan jiwa. Dari tindakan ini tercermin hubungan vertikal dan horizontal dalam masyarakat Lampung berupa keimanan pada Tuhan dan pergaulan sosial pada sesama. Etos dan spirit kelampungan inilah yang harus ditumbuh kembangkan untuk membangun eksistensi orang Lampung dan penanda kearifan lokal di era keragaman global saat ini.

Suku Lampung dalam jejak rekam sejarah tercatat sebagai salah satu suku bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Bukti nyatanya suku Lampung memiliki aksara baca tulis yang bernama Ka Ga Nga, bahasa dalam dua dialek Nyow dan Api, tatanan acuan pemerintahan dalam kitab Kuntara Raja Niti (Kitab Hukum Tata Negara), tradisi, arsitektur, sastra dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang turun temurun. Selain itu, salah satu penanda atau ciri suatu masyarakat memikiki peradaban juga ditandai dengan adanya filsafat dan falsafah hidup sebagai refleksi atas kesemestaan. Artinya, setiap titi gemati atau budaya pasti memiliki dasar filosofi yang mengandung hikmah bagi masyarakatnya. Adat Lampung pun mempunyai Piil Pesenggiri sebagai dasar filosofiinya.

Orang Lampung Pesisir menyebutnya : Ghepot Dalom Mufakat (prinsip persatuan); Teranggah Tetanggah (prinsip persamaan); Bupudak Waya (prinsip penghormatan); Ghopghama Delom Bekeghja (prinsip kerja keras); Bupil Bupesenggiri (prinsip bercita-cita dan keberhasilan).Kemudian Lampung Pepadun menyebut ; Piil Pesenggiri (prinsip kehormatan); Juluk Adek (prinsip keberhasilan) Nemui Nyimah (prinsip penghargaan); Nengah Nyapur (prinsip persamaan); Sakai Sambayan (prinsip kerjasama).

Kearifan lokal masyarakat Lampung yang terkandung dalam Piil Pesenggiri ini biasa dijadikan modal dalam menggiatkan pembangunan bumi Lampung. Falsafah ini pula yang menginspirasi dan menjadikan spirit lahirnya motto ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ = Satu Bumi Dua Jurai (Suku) – yakni suku Lampung Asli (Pepadun dan Saibatin) dan suku pendatang (beragam suku yang datang dari luar provinsi Lampung). Motto Sai Bumi Ruwa Jurai itulah yang menggambarkan masyarakat etnis Lampung memiliki keterbukaan untuk menerima dan melindungi eksistensi jurai atau suku pendatang untuk bersama sama tinggal berdampingan dan membangun bumi Lampung. Sebagai  buktinya Lampung merupakan daerah transmigrasi pertama di nusantara. Kehadiran transmigrasi pertama dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1905 di daerah Bagelen – Gedong Tataan yang kini masuk kabupaten Pesawaran.

Piil Pesenggiri  yang merupakan falsafah hidup orang Lampung memiliki arti harga diri, maknanya prinsip prinsip yang harus dianut agar seorang itu memiliki eksistensi atau harga diri. Adapun Piil Pesenggiri sebagai penyangga (pilar) utama filosofi orang Lampung disokong empat pilar penyangga yaitu Nemui Nyimah (produktif), Nengah Nyapur (kompetitif),  Juluk Beadek (inovatif) dan Sakai Sambayan (kooperatif).

Secara ringkas unsur-unsur Piil Pesenggiri itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Juluk-Adek
Secara etimologis Juluk-adek (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adek, yang masing-masing mempunyai makna, Juluk adalah nama panggilan keluarga seorang pria/wanita yang diberikan pada waktu mereka masih muda atau remaja yang belum menikah, dan adek bermakna gelar/nama panggilan adat seorang pria/wanita yang sudah menikah melalui prosesi pemberian gelar adat. Akan tetapi panggilan ini berbeda dengan inai dan amai. Inai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang perempuan yang sudah menikah, yang diberikan oleh pihak keluarga suami atau laki-laki, sedangkan amai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang laki-laki yang sudah menikah dari pihak keluarga isteri.

Juluk-adek merupakan hak bagi anggota masyarakat Lampung, oleh karena itu juluk-adek merupakan identitas utama yang melekat pada pribadi yang bersangkutan. Biasanya penobatan juluk-adek ini dilakukan dalam suatu upacara adat sebagai media peresmiannya. Juluk adek ini biasanya mengikuti tatanan yang telah ditetapkan berdasarkan hirarki status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat. Sebagai contoh; Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dst. Dalam hal ini masing-masing kebuwaian tidak selalu sama,  demikian  pula urutannya  tergantung  pada  adat  yang   berlaku  pada kelompok
masyarakat yang bersangkutan.      

Karena
 juluk-adek  melekat   pada pribadi,  maka  seyogyanya anggota masyarakat Lampung harus  memelihara  nama  tersebut  dengan  sebaik-baiknya  dalam  wujud  prilaku  pergaulan kemasyarakatan   sehari-hari.  Juluk-adek   merupakan  asas  identitas   dan  sebagai   sumber motivasi    bagi    anggota    masyarakat   Lampung   untuk   dapat    menempatkan    hak  dan kewajibannya, kata dan perbuatannya dalam setiap perilaku dan karyanya.

b. Nemui-Nyimah
Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja nemui yang berarti mertamu atau mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata benda "simah", kemudian menjadi kata kerja "nyimah" yang berarti suka memberi (pemurah). Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai sikap santun, pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahmi. Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.

Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari lubuk hati yang dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Dengan demikian, maka elemen budaya nemui-nyimah tidak dapat diartikan keliru yang mengarah kepada sikap dan perbuatan tercela atau terlarang yang tidak sesuai dengan norma kehidupan sosial yang berlaku.

c. Nengah-Nyappur
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja yang berarti berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata kerja nyappur yang berarti baur atau berbaur. Secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama. Nengah-nyappur menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan.

Sikap suka  bergaul  dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan tenggang rasa (toleransi) yang tinggi antar sesamanya.  Sikap toleransi akan menumbuhkan sikap ingin tahu,  mau  mendengarkan  nasehat   orang lain,  memacu  semangat  kreativitas  dan tanggap terhadap perkembangan gejala-gejala  sosial.  Oleh  sebab  itu  dapat  diambil  suatu  konklusi bahwa   sikap nengah-nyappur  menunjuk  kepada  nilai  musyawarah  untuk  mufakat.  Sikap nengah nyappur melambangkan sikap nalar yang baik, tertib dan seklaigus merupakan embrio dari  kesungguhan untuk  meningkatkan  pengetahuan serta sikap adaptif terhadap perubahan. Melihat  kondisi  kehidupan  masyarakat  Lampung  yang  pluralistik,  maka  dapat  dipahami bahwa penduduk  daerah  ini  telah menjalankan  prinsip  hidup  nengah-nyappur secara wajar dan positif.

Sikap
  nengah-nyappur   juga   menunjukkan   sikap    ingin    tahu    yang   tinggi,   sehingga menumbuhkan sikap kepeloporan. Pandangan atau pemikiran demikian menggabarkan bahwa anggota   masyarakat   Lampung  merupakan  bentuk   kehidupan   yang   memiliki   jiwa  dan semangat kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan masa depannya dalam berbagai bidang
kehidupan.

Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat. Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab. Dengan demikian berarti setiap masyarkat Lampung dituntut kemampuannya untuk dapat menempatkan diri pada posisi yang wajar dalam beriteraksi di masyarakat, mampu bergaul, berpartisipasi dalam segala kegiatan di masyarakat, mengembangkan sikap santun dalam berprilaku dan bertutur-kata. Makna yang lebih dalam sebagai anggota masarakat adalah harus siap mendengarkan, menganalisis, dan harus siap
menyampaikan  informasi   dengan  tertib  dan  bermakna.

d. Sakai-Sambaiyan
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk benda  dan  jasa  yang  bernilai  ekonomis  yang  dalam  prakteknya  cenderung menghendaki saling  berbalas.  Sedangkan  sambaiyan   bermakna  memberikan  sesuatu  kepada seseorang, sekelompok  orang  atau  untuk  kepentingan  umum  secara   sosial berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.

Sakai   sambaiyan  berarti  tolong  menolong  dan  gotong  royong,  artinya memahami makna kebersamaan   atau  guyub.  Sakai Sambayan   pada   hakekatnya   adalah   menunjukkan rasa partisipasi   serta  solidaritas   yang  tinggi  terhadap   berbagai  kegiatan   pribadi   dan  sosial kemasyarakatan pada umumnya.

5. Penutup
Lampung yang dikenal dengan sebutan  Sai Bumi Ruwai Jurai kini telah menjelma menjadi sebuah wilayah yang terus berbenah dalam segala bidang. Seiring berjalannya waktu, diusia yang ke 55 pada tahun 2019 ini provinsi Lampung telah  berkembang pesat dari sisi pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat serta diiringi berbagai program prioritas pembangunan lainnya. Sektor ekonomi tumbuh sebanding tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang semakin membaik pula.

Dalam sebuah rapat paripurna Gubernur Lampung, Ridho Fikardo menjelaskan bahwa  Provinsi Lampung mengalami kemajuan yang sangat pesat. Di antaranya peningkatan daya saing dari peringkat 25 di 2014 menjadi peringkat 12 di 2018, pertumbuhan ekonomi Lampung tumbuh sebesar 5,25% berada di atas rata-rata nasional sebesar 5.17%. keberhasilan pembangunan dibidang pertanian ditandai dengan naiknya NTP di Provinsi Lampung yaitu sebesar 104,21 menjadi 105,86 di 2018, berhasil menurunkan tingkat kemiskinan secara siginifikan dari 14,21% di 2014 menjadi 13,01% di 2018, dan terus berusaha untuk menurunkan persentase kemiskinan menjadi di bawah satu digit atau di bawah 10%, dan kemajuan pesat di bidang sektor lainnya.
Dalam mengupayakan menurunkan tingkat kemiskinan di bawah satu digit, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan membuka lapangan kerja, dengan membuka konektivitas di Provinsi Lampung sehingga investasi di Provinsi Lampung semakin meningkat. Selain membuka lapangan kerja pemerintahan daerah Lampung pun terus memperhatikan  sektor pendidikan, yang nantinya secara langsung juga akan berpengaruh terhadap menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Provinsi Lampung.

Pemprov Lampung kini terus fokus meningkatkan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Lampung, Bandara Internasional Raden Inten II, Pembangunan Dermaga Eksekutif, pembangunan bendungan baru dalam meningkatkan pertanian Provinsi Lampung, pembangunan bumi perkemahan, pembangunan perpustakaan modern dan pembangunan Lampung Astronomical Observatory (LAO). Upaya itu untuk meningkatkan pendidikan di Provinsi Lampung dan upaya pembangunan di sektor lainnya. Selain itu, Pemerintah Provinsi Lampung juga terus memfokuskan untuk memantapkan infrastruktur jalan, peningkatan pembangunan disektor pendidikan, kesehatan, pembangunan pariwisata, ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi Lampung, dan menurunya tingkat kemiskinan, dan peningkatan pembangunan.

Maju teruslah Provinsi Lampungku, aku yang lahir, tumbuh berkembang besar serta mencari nafkah  di bumi Sai Bumi Ruwai Jurai ini merasa bangga berada disini. Piil Pesenggiri sebagai keraifan lokal Ulun Lampung akan terus dihidupkan dan dilestarikan. Etos dan semangat kelampungan (spirit of Lampung) piil pesenggiri akan terus menjadi pendorong orang Lampung untuk lebih bekerja keras, kreatif, cermat, dan terus berorientasi pada prestasi, berani berkompetisi dan pantang menyerah atas tantangan yang muncul di masa yang akan datang.

******selesai******


3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya oleh : Desy Apriana, S.E., M.Pd SMP Al Kautsar Bandar Lampung CGP Angkatan 2...